HERBARIUM UNIVERSITAS ANDALAS (ANDA)
Pada tanggal 26 april 2011, Siswa-siswi SMAN 4 Pariaman pergi study tour ke unand untuk mengunjungi labor biologi yang ada di sana. Siswa-siswi yang pergi terdiri dari lokal x.4, x.5 dan x.6. Saat tiba di sana, kami di sambut dengan cukup baik dan di sediakan tempat duduk untuk mendengarkan persentasi dari dosen-dosen yang ada di sana. Mengenai herbarium universitas andalas, cara pengelolaannya, maskot flora, dan lain-lain.
Hal ini dimaksudkan untuk memberikan informasi atau pengetahuan kepada siswa mengenai apa-apa saja yang akan di lihatnya nanti di labor. Setelah selesai mendengarkan persentasi, kami di bagi menjadi 4 kelompok untuk mengunjungi beberapa labor secara bergantian yang di bimbing oleh dosen-dosen yang ada di sana.
Saya masuk kelompok 3 yang memasuki labor pertama, yaitu: labor taksonomi hewan, di sana kami diberikan pengarahan atau pengetahuan tentang hewan-hewan yang sudah di awetkan dengan menggunakan alkohol dan formalin, foto-foto hewan yang di ambil menggunakan kamera khusus , bentuk kameranya, dan bentuk bayi prematur 3 bulan yang sudah di awetkan selama 40 tahun.
Labor kedua yang kami kunjungi, yaitu labor herbarium, di sana kami memasuki ruang pendingin tempat penyimpanan spesimen tumbuhan.
Labor ketiga yang kami kunjungi, yaitu labor ekologi perairan, disana kami diberikan pengetahuan oleh kakak-kakak mahasiswa mengenai alat-alat yang digunakan dan cara penggunaannya.
Baiklah, sekarang saya akan menceritakan atau menjelaskan lebih detail salah satu dari ketiga labor yang saya kunjungi, labor yang akan saya jelaskan sekarang adalah labor herbarium.
Herbarium Universitas Andalas (ANDA) merupakan salah satu laboratorium di jurusan biologi FMIPA Universitas Andalas yang menjadi herbarium terbesar kedua setelah herbarium Bogoriense. Herbarium universitas andalas berfungsi menyimpan dokumentasi flora sumatera khususnya sumatera barat dalam membentuk material specimen basah dan kering.
Herbarium Universitas Andalas mulai didirikan pada tanggal 20 Desember 1983 sampai 2006 sudah tersimpan sekitar 65.000 sheet specimen yang berasal dari Sumatera Barat, Jambi, dan Riau. Koleksi yang ada terdiri dari 70% kelompok tumbuhan dikotil, 15% monokotil, 3% Gymnospermae, 10% paku-pakuan, dan 2% lumut.
A. DEFENISI DAN FUNGSI HERBARIUM
Herbarium berasal dari kata ”hortus dan botanicus”, artinya kebun botani yang dikeringkan.
Secara sederhana yang dimaksud herbarium adalah kumpulan tumbuhan kering yang dipres dan ditempelkan pada lembaran kertas, biasanya kertas manila yang menghasilkan suatu label dan data yang rinci serta disimpan dalam rak-rak atau lemari besi dalam urutan menurut aturan dimana herbarium itu disimpan.
Fungsi herbarium secara umum antara lain:
Í Sebagai pusat referensi merupakan sumber utama untuk identifikasi tumbuhan bagi para ahli taksonomi, ekologi, petugas yang menangani jenis tumbuhan langka, pecinta alam, para petugas yang bergerak dalam konservasi alam.
Í Sebagai lembaga dokumentasi merupakan koleksi yang mempunyai nilai sejarah, seperti tipe dari taksa baru, tumbuhan yang mempunyai nilai ekonomi dan lain-lain.
Í Sebagai pusat penyimpan data ahli kimia memanfaatkannya untuk mempelajari alkaloid, ahli farmasi menggunakan untuk mencari bahan ramuan untuk obat kanker, dan sebagainya.
B. CARA MENGKOLEKSI TUMBUHAN
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengkoleksi tumbuhan antara lain:
a. Perlengkapan
Beberapa perlengkapan yang diperlukan untuk mengkoleksi tumbuhan di lapangan antara lain: gunting tanaman, buku catatan, label, pensil, lensa tangan, Koran bekas, penekan/penghimpit, tali pengikat, vasculum, kantong plastik, alkohol, kantong kertas (untuk cryptogamae, buah dan biji), peta, kamera dan sebagainya.
b. Apa yang dikoleksi:
1. Tumbuhan kecil harus dikoleksi seluruh organnya
2. Tumbuhan besar atau pohon, dikoleksi sebagian cabangnya dengan panjang 30-40 cm yang mempunyai organ lengkap: daun (minimal punya 3 daun untuk melihat phylotaksis), bunga dan buah, diambil dari satu tumbuhan. Untuk pohon yang sangat tinggi, pengambilan organ generatifnya bisa dilakukan dengan galah, ketapel atau menggunakan hewan, misalnya beruk.
3. Untuk pohon/perdu, di koleksi kuncup (daun baru) karena stipulanya mudah gugur dan brakhtea sering ditemukan hanya pada bagian-bagian yang muda.
4. Tumbuhan herba dikoleksi seluruh organnya kecuali untuk herba besar seperti Araceae.
5. Koleksi tumbuhan hidup, dianjurkan untuk ditanam di kebun botani dan rumah kaca.
c. Catatan lapangan
Catatan lapangan berisi keterangan-keterangan tentang ciri-ciri tumbuhan tersebut yang tidak terlihat setelah spesimen kering. Beberapa keterangan yang harus dicantumkan antara lain: lokasi, habitat, habit, warna (bunga, buah), bau, eksudat, pollinator (kalau ada), pemanfaatan secara lokal, nama daerah dan sebagainya.
C. CARA PENGERINGAN DAN PENGEPRESAN SPESIMEN
Alat dan bahan :
Ø Spesimen
Ø Kertas Koran
Ø Sasak kayu atau bambu
Ø Seng
Ø Kertas kardus
Ø Tali yang kuat
Ø Oven atau dijemur di bawah terik matahari.
Cara kerja
1. Setelah Pengkoleksian specimen dari lapangan, tanaman yang baru saja diambil, langsung direndam ke dalam larutan alcohol 70 % atau 90 % (jika specimen mudah rusak).
2. Untuk mengurangi kadar alcohol setelah perendaman, maka specimen diletakkan dalam kertas Koran agar alcohol meresap ke dalam kertas Koran.
3. Menata specimen-spesimen pada sasak dengan urutan : sasak, seng, kertas Koran, specimen, kertas Koran, seng, dan selanjutnya hingga 5 – 8 tumpukan.
4. Mengikat tumpukan tersebut dengan tali yang kuat.
5. Memasukkannya kedalam oven.
D. CARA PENGAWETAN SPESIMEN
Menurut cara pengawetannya bisa dibedakan menjadi 2, yaitu:
1. Cara Pembuatan Awetan Kering
a. Membuat Herbarium
Awetan kering tumbuhan disebut herbarium.
Alat dan Bahan yang di gunakan, yaitu:
1) karton/duplek
2) kertas Koran
3) sasak dari bambu/tripleks
4) sampel tanaman
5) alat tulis
Cara Pembuatan herbarium, yaitu sebagai berikut:
1) Jika memungkinkan, kumpulkan tumbuhan secara lengkap, yaitu akar, batang, daun dan bunga. Tumbuhan berukuran kecil dapat diambil seluruhnya secara lengkap. Tumbuhan berukuran besar cukup diambil sebagian saja, terutama ranting, daun, dan jika ada, bunganya.
2) Semprotlah dengan alcohol 70% untuk mencegah pembusukan oleh bakteri dan jamur.
3) Sediakan beberapa kertas Koran ukuran misalnya 32× 48 cm.
4) Atur dan letakkan bagian tumbuhan diatas Koran. Daun hendaknya menghadap ke atas dan sebagian menghadap ke bawah terhadap kertas Koran tersebut. Agar posisinya baik, dapat dibantu dengan mengikat tangkai/ranting dengan benang yang dijahitkan ke kertas membentuk ikatan.
5) Tutup lagi dengan Koran sampai terbuat beberapa lembar.
6) Terakhir tutup lagi dengan Koran, lalu jepit kuat-kuat dengan kayu / bambu, ikat dengan tali. Hasil ini disebut specimen.
7) Simpan selama 1-2 minggu ditempat kering dan tidak lembab.
2. Cara Pembuatan Awetan Basah
langkah-langkah Pembuatan awetan basah tumbuhan lumut:
a. Bersihkan kotoran dan tanah dari tumbuhan lumut yang ingin diawetkan.
b. Siapkan larutan fiksatif dengan komposisi:
(1) asam asetat glasial sebanyak 5 ml
(2) formalin sebanyak 10 ml
(3) etil alkohol sebanyak 50 ml.
untuk mempertahankan warna hijau lumut, dapat ditambahkan ke dalam larutan fiksatif tadi larutan tembaga sulfat dengan komposisi:
(1) tembaga sulfat 0,2 gram
(2) aquades sebanyak 35 ml.
c. Matikan lumut dengan merendamnya ke dalam larutan fiksatif yang telah ditambahkan larutan tembaga sulfat tadi selama 48 jam.
e. Masukkan lumut yang telah siap tadi dalam botol penyimpanan, atur posisinya sehingga mudah diamati.
f. Buatkan label berupa nama spesies lumut tanpa mengganggu pengamatan.
g. Awetan basah tumbuhan lumut siap digunakan. Secara berkala atau bila perlu, misalnya larutan menjadi keruh atau berkurang, gantilah dengan larutan pengawetan yang baru secara hati-hati.
E. PENYIMPANAN SPESIMEN
Penyimpanan spesimen ditempatkan pada suhu 18⁰C dan kelembapan 50 %, penyimpanan dilakukan sesuai huruf abjad specimen dan lokasi ditemukannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar